R
Raden Ahmad Kosasih (1919-2012) was considered as “The Father of Indonesian comics”. It’s not really acurate since he wasn’t the first comic book artist in Indonesia. But he was the first really succesful comics artist in Indonesia and contributed greatly to the birth of Indonesian comics book industry.
Kosasih applied for a job to Melodie in 1953. Melodie was a Bandung based publisher that announced at that time that the company wanted to launched a line of comics publication. In 1954, his creation, arguably the first ever Indonesian superhero named Sri Asih, was published and became an instant hit. He created another costumed hero, Siti Gahara, that also loved by the public.
After protests on how westernized the superhero genre was, Kosasih and Melodie published Mahabharata series that ran until volume 40. He followed the series with another epic series, Ramayana. The commercial success of Kosasih’s works sealed the course of Indonesian comics industry.
These wayang comics were Kosasih’s labour of love. He researched heavily from Indian and Indonesian sources, and crafted thougtful scenes and characterization for these series. He was also a prolific (visual) storyteller. He made stories on so many different genres: romance, comedy, science fiction, jungle adventure, detective, etc.
R
Raden Ahmad Kosasih (1919-2012) dianggap sebagai “Bapak Komik Indonesia”. Ini sebenarnya tidak akurat karena dia bukanlah seniman buku komik pertama di Indonesia. Tetapi dia adalah seniman komik pertama yang sangat sukses di Indonesia dan memberikan kontribusi besar pada lahirnya industri buku komik Indonesia.
Kosasih mengajukan permohonan pekerjaan ke Melodie pada tahun 1953. Melodie adalah penerbit yang berbasis di Bandung yang pada saat itu mengumumkan bahwa perusahaan ingin meluncurkan serangkaian publikasi komik. Pada tahun 1954, karyanya, yang mungkin adalah superhero Indonesia pertama yang diberi nama Sri Asih, diterbitkan dan langsung menjadi hit. Dia menciptakan pahlawan berpakaian lainnya, Siti Gahara, yang juga disukai oleh masyarakat.
Setelah protes tentang betapa bersifat Baratnya genre superhero tersebut, Kosasih dan Melodie menerbitkan seri Mahabharata yang berjalan hingga volume 40. Dia mengikuti seri tersebut dengan seri epik lainnya, Ramayana. Kesuksesan komersial karya Kosasih menentukan arah industri buku komik Indonesia.
Komik wayang ini adalah hasil kerja keras dan cinta kasih Kosasih. Dia melakukan penelitian yang sangat intensif dari sumber-sumber India dan Indonesia, dan menciptakan adegan dan karakterisasi yang penuh perhatian untuk seri-seri ini. Dia juga merupakan pengarang cerita visual yang produktif. Dia membuat cerita dengan berbagai genre: roman, komedi, fiksi ilmiah, petualangan hutan, detektif, dan lain sebagainya.
Gaya visual Kosasih ditandai dengan penggunaannya yang lihai dalam garis, shading, dan komposisi. Penampilan garis yang detil dan rumit membawa kehidupan pada karakter dan pengaturannya, dan penggunaannya dalam shading menciptakan kedalaman dan drama dalam ilustrasinya.
Warisannya dalam komik Indonesia tidak dapat disangkal. Ia tidak hanya menciptakan karakter dan seri yang dicintai dan memikat generasi pembaca, tetapi ia juga membuka jalan bagi generasi berikutnya dari seniman komik Indonesia. Raden Ahmad Kosasih meninggal pada tahun 2012, tetapi dampaknya pada komik Indonesia dan budaya populer selalu diingat.