Tentang Kami
Disclaimer

Website komik Indonesia ini dibangun untuk memperkenalkan betapa beragamnya komik indonesia, menggugah kecintaan orang pada komik Indonesia dan sebagai pintu masuk untuk meneliti berbagai macam topik yang mungkin dapat tercermin dari sejarah komik Indonesia.
Website ini dibuat mirip dengan katalog buku lainnya. Katalog adalah daftar dari benda-benda. Daftar ini biasanya disusun secara abjad dan terdiri dari benda-benda yang sejenis atau segolongan, dengan penggolongan sesuai kebutuhan dari penyedia dan pembaca katalog tersebut.
Sebagaimana katalog pada umumnya, website ini hanya menampilkan informasi sekilas tentang setiap komik dan tidak memuat isi dari komik tersebut secara utuh. Setiap komik akan dicantumkan informasi singkatnya seperti judul, nama komikus/pelukis, pembuat cerita, penerbit, tahun terbit dan kota terbit, satu atau dua paragraf kutipan (excerpt) atau abstrak isi komik tersebut serta beberapa halaman gambar isi komik. Contoh halaman isi komik akan berguna untuk melihat gaya gambar, membaca trend dan menggugah minat orang untuk kemudian mengakses isi komik tersebut secara penuh (dengan cara membeli, meminjam atau cara lainnya yang tidak bertentangan dengan hak cipta).
Seluruh komik yang ditampilkan di website ini bersumber dari cetakan asli yang dimiliki secara sah oleh para individu seperti kolektor, peminat komik, penjual komik dan kontributor lainnya.
Ada sejumlah komik yang tidak mencantumkan informasi yang lengkap, kadang tidak ada tahun terbitnya, tidak ada nama penerbitnya dan bahkan ada yang tidak mencantumkan nama pengarangnya. Sehingga informasi tersebut tidak bisa kami cantumkan.
Jika ada komik yang ditampilkan secara utuh di website ini, itu atas seijin para pemegang hak ciptanya (penerbit dan/atau pengarang).
Penjelasan tentang website ini

Komikindonesia.id berawal dari sejumlah pencinta komik Indonesia yang merasakan kebutuhan adanya semacam database atau katalog komik-komik yang pernah terbit di Indonesia. Database atau katalog semacam ini dapat menjadi pintu masuk bagi bertumbuhnya minat akan komik Indonesia, termasuk untuk keperluan studi dan penelitian. Melalui komik kita bisa membaca semangat jamannya, trend, gaya gambar yang berkembang, isu-isu sosial dan lain-lain.
Niat untuk mempelajari komik Indonesia secara lebih serius (dan akademis) dilakoni oleh sejumlah orang seperti Arswendo Atmowiloto melalui serial artikelnya yang bertajuk “Komik Itu Baik”, Seno Gumira Ajidarma, Iwan Gunawan, Hikmat Darmawan, Indiria Maharsi, Andy Wijaya dan lain-lain.
Semakin dipelajari ternyata sejarah dan perkembangan komik Indonesia semakin menarik, dan dirasa perlu untuk mempromosikannya kepada khalayak luas dan bahkan kepada dunia. Pada event seni tingkat dunia Europhalia (2017), sejumlah peminat komik berkesempatan untuk membuat pameran tentang sejarah komik Indonesia. Begitupun di Frankfurt Book Fair (2018) dan London Book Fair (2019). Ketiga pameran tersebut diselenggarakan melalui dukungan Kemendikbud. Diikuti dengan pameran serupa di dia.lo.gue, Jakarta, sebuah pameran yang berjudul “Komik Itu Baik”, kerjasama antara Pabriklutur, dia.lo.gue dan Le Bo Ye. Pameran-pameran tersebut dikuratori oleh Hikmat Darmawan, seorang pemerhati komik, film dan budaya pada umumnya.
Tindak lanjut dari pameran-pameran di atas adalah pembuatan website ini, yang dibangun dengan ide dasar seperti katalog atau database yang dilengkapi juga dengan berbagai macam artikel dan pengetahuan tentang komik.
Membangun katalog semacam ini tentu merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan membutuhkan waktu serta tenaga yang cukup besar, plus kontribusi dari banyak pihak seperti kolektor komik, pemilik komik, penerbit komik, penjual komik dan lain-lain.
Nama-nama personil website
Koordinator :
Aquino Hayunta
Kontributor :
Rikiyan, Arits, Donny Anggoro, Annayu Maharani, Nanda Setina, Ayustina Dwi Putranti
Penasihat :
Hikmat Darmawan, Seno Gumira Ajidarma, Iwan Gunawan, Andy Wijaya
Kolektor Tim :
Hikmat Darmawan, Andy Wijaya, Aquino Hayunta
Webmaster :

Apakah komik itu
Secara sederhana Eisner mendefinisikan komik sebagai seni yang berturutan atau sequential art. Namun untuk membedakannya dengan film, maka gambar-gambar atau imaji yang ada di dalam komik disusun secara berdekatan, bersebelahan atau berurutan dalam ruang yang berbeda. Dalam film, imajinya ditampilkan di bidang dan ruang yang sama dengan cara bergantian. Untuk membedakan komik dengan buku ilustrasi bergambar, biasanya teks di dalam komik menjadi satu bagian dengan gambarnya, begitu pula dengan efek-efek yang diperlukan seperti efek suara dan efek gerak. Sementara di buku ilustrasi bergambar, teks dan gambar diletakkan terpisah.
Karena definisi komik yang seperti itu, maka banyak karya-karya seni dari jaman dahulu kala dapat digolongkan ke dalam komik, seperti gambar-gambar yng terdapat di dalam relief candi-candi atau piramida di Mesir, Indonesia atau Amerika Latin. Walaupun begitu, istilah komik sangat erat dengan jaman modern, terutama ketika mesin cetak sudah aktif digunakan untuk menyebarkan ide dan gagasan. Sejak awal 1900-an produksi komik meningkat tajam, dengan bentuknya yang kita kenal sekarang ini, seniman-seniman komik juga bermunculan dan mengokohkan diri mereka di dunia komik, mengakibatkan komik identik dengan jaman modern khususnya abad ke 20.
Karena bentuknya yang menarik, lebih mudah dicerna dan terutama karena terkait dengan kebaharuan (jika dibandingkan dengan karya sastra berbentuk teks yang pada abad ke 20 dianggap sebagai bentuk tradisional yang mapan) dan sifatnya yang populer, maka ada kecenderungan komik dianggap bermutu lebih rendah daripada karya sastra. Sebagaimana umumnya media baru, pada awal perkembangannya komik sering disalahpahami, ia dicap sebagai penyebab malas membaca, seni kelas dua atau bacaan untuk anak-anak saja. Makin ke sini telah terbukti bahwa anggapan itu tidak benar, dan komik dapat diterima dengan baik sebagai salah satu bentuk karya sastra.
Adalah Arswendo Atmowiloto yang mencoba untuk memberikan perspektif bahwa komik adalah karya juga setara dengan media atau karya seni lainnya, lewat serangkaian artikelnya di tahun 1980-an bertajuk “Komik Itu Baik”